Colorado Action – Seorang siswa SMA CT ARSA Foundation mencuri perhatian setelah diterima di 15 universitas ternama dunia. Anak petani ini membuktikan bahwa latar belakang ekonomi bukan halangan untuk meraih pendidikan global. Namanya mulai viral setelah sekolah mengumumkan pencapaiannya lewat unggahan resmi. Ia lolos seleksi universitas bergengsi di Amerika, Inggris, Kanada, dan Australia.
“Baca Juga : Kisah Inspiratif Sarwendah Menjadi Guru di Malang, Pengalaman Bahagia Mengajar Murid”
Ia tumbuh di desa kecil tanpa fasilitas belajar memadai. Ayahnya bertani di sawah, ibunya membantu menjual hasil panen. Ia belajar dengan lampu minyak saat listrik padam. Setiap hari ia berjalan kaki ke sekolah, bahkan saat hujan deras. Ia tidak ikut les atau bimbel mahal. Dia justru memanfaatkan perpustakaan sekolah dan akses internet terbatas untuk belajar mandiri. Ia bertekad mengubah nasib lewat jalur akademik.
Guru-guru SMA CT ARSA memberi dukungan penuh sejak awal. Mereka membimbing proses pendaftaran dan persiapan esai. Sekolah juga memfasilitasi simulasi wawancara dan kursus bahasa Inggris tambahan. Lembaga beasiswa dari dalam dan luar negeri ikut membantu biaya pendaftaran dan tes. Dengan bantuan banyak pihak, ia bisa mengirim aplikasi ke berbagai universitas tanpa beban keuangan berat. Setiap tahap ia lewati dengan semangat dan kerja keras.
“Simak juga: Kolaborasi Polisi dan Silat: Kota Blitar Jadi Lebih Bersih”
Nilai rapor siswa ini selalu konsisten di atas rata-rata. Ia aktif dalam kegiatan sosial dan program relawan desa. Ia juga membuat aplikasi edukasi sederhana untuk anak-anak sekitar. Beberapa universitas memberi pujian khusus pada inisiatif tersebut. Ia sempat menjadi pembicara di acara pendidikan nasional. Dalam esainya, ia menulis tentang tantangan sebagai anak petani dan pentingnya akses pendidikan inklusif. Cerita hidupnya menyentuh hati para reviewer kampus.
Ia menerima surat penerimaan dari kampus top seperti Harvard, Oxford, University of Toronto, dan Melbourne University. Mayoritas kampus memberinya beasiswa penuh. Pilihan jurusan beragam, dari ilmu lingkungan hingga teknologi pendidikan. Ia belum mengumumkan kampus tujuan utama. Namun, ia menegaskan akan memilih yang paling selaras dengan visi membangun desa dan berkontribusi untuk Indonesia. Ia ingin kelak kembali mengajar dan membangun sekolah di kampung halamannya.
Kisahnya menginspirasi siswa lain di seluruh Indonesia. Banyak warganet memuji kegigihannya dan berharap lebih banyak anak muda mengikuti jejaknya. Pemerintah daerah menyatakan dukungan penuh dan berencana memberi penghargaan resmi. Sekolah menerima banyak kunjungan dari media dan komunitas pendidikan. Kisah ini mengingatkan bahwa mimpi besar bisa lahir dari tempat sederhana, selama seseorang berani mencoba dan tak menyerah pada keadaan.