Colorado Action – Karen Nijsen dikenal sebagai model dan figur publik. Namun, di balik gemerlap panggung hiburan, ia juga memiliki sisi akademik kuat. Ia tak pernah meninggalkan pendidikan meski jadwal padat. Karen kerap membagikan momen belajarnya di media sosial. Ia menyeimbangkan karier dan pendidikan dengan tekun. Banyak penggemarnya merasa terinspirasi oleh pilihan ini. Ia membuktikan bahwa pendidikan tetap penting di tengah popularitas. Tidak semua figur publik memiliki perhatian serupa. Karen bahkan menyelesaikan beberapa kursus daring internasional. Ia percaya belajar tak boleh berhenti walau sudah sukses. Ini menjadi contoh berharga bagi generasi muda yang mengidolakan sosoknya.
“Baca Juga : Maraknya Lahan Parkir Liar Jadi Masalah Sosial yang Meresahkan di Ibu Kota Jakarta”
Salah satu faktor yang membuat Karen tetap konsisten belajar adalah disiplin diri. Ia mengatur waktu harian dengan sangat terstruktur. Bangun pagi, membaca jurnal, lalu menjalani aktivitas lainnya. Saat di lokasi syuting, ia tetap menyisihkan waktu untuk belajar. Meski melelahkan, ia menjadikan ini sebagai rutinitas. Karen mengatakan bahwa pendidikan memberinya makna lebih dalam. Ia merasa memiliki fondasi kuat dalam berpikir kritis. Disiplin bukan hanya soal waktu, tapi juga sikap. Ia tidak mudah tergoda menunda-nunda. Ketekunan ini muncul dari dorongan internal yang kuat. Pendidikan bukan sekadar kewajiban, melainkan pilihan hidup.
Karen tidak hanya belajar di institusi lokal. Ia mengikuti kelas dari kampus-kampus terkemuka dunia secara daring. Mulai dari ekonomi kreatif hingga filsafat modern. Kursus ini memperluas wawasan sekaligus mengasah kemampuan bahasa Inggrisnya. Ia tak ragu mengambil topik di luar bidang fashion. Menurutnya, semakin luas pengetahuan, semakin kuat posisi seseorang. Ia juga merasa lebih percaya diri saat berinteraksi lintas budaya. Beberapa pengajar bahkan memujinya karena aktif bertanya. Kecerdasan Karen bukan sekadar teoritis, tapi juga praktis. Ia bisa menghubungkan pelajaran dengan pengalaman nyata di industri hiburan.
“Simak juga: Kisah Cecep: Dari Serbet Masjid ke Tanah Suci”
Karen memanfaatkan media sosial bukan hanya untuk promosi. Ia sering membagikan buku yang sedang dibaca atau hasil tugasnya. Banyak pengikut muda merasa termotivasi. Mereka melihat bahwa belajar tetap relevan dan keren. Ia juga pernah mengadakan sesi tanya jawab tentang belajar daring. Dalam sesi itu, ia membahas cara menjaga semangat belajar. Termasuk tips menghindari distraksi di rumah. Kehadiran figur seperti Karen membawa angin segar. Di era konten viral, pesan edukatif seperti ini sangat dibutuhkan. Ia tidak takut dianggap ‘nerdy’ atau terlalu serius. Justru citra ini membuatnya lebih dihargai secara intelektual.
Dunia hiburan sering kali diidentikkan dengan glamor dan gaya hidup mewah. Namun, Karen ingin membalik persepsi tersebut. Ia ingin membuktikan bahwa intelektualitas dan hiburan bisa berjalan bersamaan. Ia beberapa kali memberi ceramah di kampus. Mengajak mahasiswa untuk aktif dalam komunitas belajar. Ia bahkan mengusulkan inisiatif workshop berpikir kritis bagi publik figur. Tujuannya agar mereka bisa menjadi contoh baik. Dunia hiburan akan lebih kaya jika diisi individu berpendidikan. Karen berharap lebih banyak artis ikut mengedepankan pendidikan. Ia ingin dunia selebriti menjadi ruang yang juga mempromosikan literasi dan dialog.
Salah satu bidang yang menarik perhatian Karen adalah psikologi. Ia mengikuti kelas pengantar dan seminar daring dengan antusias. Psikologi membantunya memahami emosi, motivasi, dan hubungan sosial. Pengetahuan ini ia gunakan dalam pekerjaan sehari-hari. Saat memerankan karakter atau menghadapi tekanan kerja. Ia merasa lebih mampu mengelola stres dan ekspektasi publik. Belajar psikologi juga memperkaya interaksinya dengan sesama. Karen tidak hanya tampil cerdas, tapi juga empatik. Ia ingin menjadi publik figur yang peka dan berpijak pada pengetahuan. Ia percaya bahwa kecantikan sejati berasal dari dalam diri.
Sebagai publik figur, Karen tetap rendah hati dalam proses belajar. Ia tak malu bertanya, mencatat, dan meminta bantuan. Banyak orang terkenal merasa gengsi kembali belajar dari awal. Namun, Karen menunjukkan sikap sebaliknya. Ia yakin bahwa belajar adalah proses sepanjang hayat. Gengsi justru menghambat pertumbuhan pribadi. Ia bersedia belajar dari siapa saja. Termasuk dari anak-anak muda yang lebih melek teknologi. Ia juga tak ragu mengakui kesalahan atau kekurangannya. Pendekatan ini membuatnya disegani, bukan hanya dikagumi. Karen membuktikan bahwa pembelajaran sejati butuh keberanian, bukan sekadar kecerdasan.