Colorado Action – Di tengah riuhnya kota kecil di Jawa Timur, seorang pria bernama Pak Anam melakukan sesuatu yang luar biasa. Setiap pagi, ia membawa sekeranjang makanan kucing dan berkeliling mencari kucing-kucing jalanan yang kelaparan. Ia tidak pernah melewatkan satu sudut gang pun, memastikan setiap kucing mendapatkan makanan. Kegiatan ini telah dilakukannya selama tujuh tahun terakhir. Berkat dedikasi itu, puluhan kucing kini tinggal di tempat perlindungan yang ia bangun sendiri. Tempat itu dinamai “Rumah Miaw”, dan menjadi tempat aman bagi hewan yang sering diabaikan.
“Baca Juga : Kisah Inspiratif Komunitas Anak Muda Bantu Petani Panen Jagung di Desa Sukatani”
Pak Anam memulai misinya setelah melihat seekor anak kucing tertabrak sepeda motor di depan rumahnya. Ia mencoba menyelamatkan kucing itu, namun nyawanya tak tertolong. Kejadian itu sangat membekas di hati Pak Anam. Sejak hari itu, ia merasa terpanggil untuk membantu hewan-hewan tak bersuara yang hidup tanpa perlindungan. Ia mengumpulkan kardus bekas dan bahan bangunan seadanya. Dalam beberapa bulan, ia berhasil membangun satu ruangan kecil sebagai tempat berteduh untuk beberapa ekor kucing.
Awalnya, semua kebutuhan rumah kucing ditanggung dari tabungan pribadi Pak Anam. Ia menyisihkan sebagian penghasilan dari berdagang soto ayam keliling. Untuk membeli makanan, vaksin, dan peralatan kebersihan, ia rela mengurangi kebutuhan pribadi. Saat tabungan hampir habis, ia tetap bertahan karena sudah merasa bertanggung jawab pada para kucing. Ia menyebut bahwa senyum di wajah kucing membuat lelahnya hilang. Tak jarang, Pak Anam juga menjual barang-barang pribadinya agar bisa membeli makanan kucing.
Melihat ketulusan hati Pak Anam, warga di lingkungan sekitar mulai ikut membantu. Beberapa tetangga menyumbangkan makanan kucing dan kain bekas untuk alas tidur. Anak-anak sekolah sering datang untuk bermain dan membantu membersihkan kandang. Semangat gotong royong pun muncul secara alami. Tak hanya itu, ada pula donatur yang mengenal kisah Pak Anam dari media sosial. Mereka mengirimkan donasi berupa uang atau peralatan medis sederhana. Kini, kebutuhan sehari-hari Rumah Miaw lebih mudah terpenuhi.
Selain menjadi tempat penampungan, Rumah Miaw mulai dikenal sebagai tempat edukasi bagi anak-anak. Setiap minggu, Pak Anam mengadakan sesi cerita tentang pentingnya merawat hewan. Ia mengajarkan anak-anak untuk tidak menyiksa hewan dan menghargai kehidupan sekecil apapun. Sekolah-sekolah di sekitar bahkan mulai mengadakan kunjungan belajar ke Rumah Miaw. Anak-anak diajak memberi makan, menyisir bulu kucing, dan membersihkan kandang. Kegiatan ini membuat anak lebih peka terhadap lingkungan.
Hingga saat ini, sudah lebih dari 80 ekor kucing pernah diselamatkan oleh Pak Anam. Sebagian besar dalam kondisi luka atau terinfeksi. Ia belajar merawat luka dan memberikan perawatan ringan dari tutorial daring. Beberapa kucing membutuhkan operasi, dan itu dilakukan dengan bantuan relawan dokter hewan. Kucing yang sudah sehat akan dimasukkan ke dalam daftar adopsi. Banyak keluarga datang untuk mengadopsi, setelah melalui proses seleksi. Pak Anam selalu memastikan bahwa calon pengadopsi benar-benar siap.
Salah satu kucing yang paling dikenang di Rumah Miaw adalah seekor jantan abu-abu bernama Si Abu. Ia ditemukan di selokan dalam kondisi tubuh sangat kurus dan kaki terluka parah. Pak Anam membawanya pulang dan merawatnya selama tiga bulan. Luka di kaki sembuh, bulunya tumbuh lebat, dan perilakunya menjadi ceria. Kini Si Abu menjadi semacam “duta” Rumah Miaw yang disukai anak-anak. Foto-fotonya sering dibagikan di media sosial dan membantu menarik perhatian donatur.
Pak Anam bukan orang yang mahir menggunakan teknologi, tapi seorang relawan membantunya mengelola akun Instagram Rumah Miaw. Akun itu diisi dengan foto-foto kucing, cerita penyelamatan, dan kegiatan harian. Dalam waktu singkat, akun tersebut mendapatkan banyak pengikut. Lewat media sosial, donasi pun mulai berdatangan dari luar kota. Beberapa pecinta kucing bahkan datang langsung ke Rumah Miaw untuk membantu. Media sosial juga digunakan untuk mempertemukan kucing dengan calon pemilik baru.
Meski telah banyak membantu, Pak Anam masih menghadapi banyak kendala. Tempat penampungan yang ia miliki belum memiliki ventilasi memadai. Saat musim hujan, air mudah masuk dan menyebabkan kandang lembap. Selain itu, jumlah relawan masih sangat terbatas. Ia berharap ada lebih banyak orang yang mau menyumbangkan tenaga, bukan hanya uang. Ketersediaan obat-obatan juga menjadi tantangan karena beberapa kucing membutuhkan perawatan rutin. Ia tetap optimis dan bertekad memperbaiki kondisi ini sedikit demi sedikit.
Pak Anam memiliki cita-cita besar yang belum terwujud. Ia ingin membangun klinik hewan kecil yang gratis bagi hewan terlantar. Klinik itu akan melayani kucing liar yang butuh perawatan darurat. Ia membayangkan tempat itu juga bisa jadi pusat edukasi bagi masyarakat. Untuk mewujudkannya, ia terus mengumpulkan dana dan mencari mitra. Ia percaya bahwa kebaikan kecil akan menarik lebih banyak kebaikan lain. Dan selama masih ada hewan yang menderita, ia akan terus bergerak.