Colorado Action – Melati adalah mantan anggota JKT48 yang namanya cukup populer di era awal grup tersebut. Setelah lulus dari grup idol itu. Ia sempat menghilang dari dunia hiburan selama beberapa tahun. Banyak yang mengira ia pensiun total dari dunia selebritas. Namun ternyata ia sedang menyusun strategi untuk kehidupan barunya. Tidak lagi di panggung. Tapi di dapur dan meja makan. Melati memutuskan mengubah popularitasnya menjadi kekuatan bisnis. Ia memilih dunia kuliner sebagai arena barunya. Ia kini dikenal sebagai pengusaha makanan yang sukses di Jakarta.
“Baca Juga : Beberapa Kebijakan Gubernur Dedi Mulyadi yang Memicu Polemik di Masyarakat”
Ketertarikan Melati terhadap dunia kuliner bukan muncul tiba-tiba. Sejak masih aktif di JKT48, ia sering memasak untuk anggota lain. Ia suka bereksperimen dengan resep rumahan. Setelah keluar dari grup, Melati mengambil kursus memasak profesional. Ia mendalami teknik memasak Jepang dan fusion Asia. Ia juga sempat magang di beberapa restoran terkenal. Semua pengalaman itu membentuk fondasi bisnisnya. Ia mengaku selalu terpesona oleh kehangatan yang lahir dari makanan. Karena itulah ia ingin berbagi melalui usahanya.
Sebagai mantan idol, Melati sadar kekuatan personal branding. Ia menggunakan nama lengkap dan wajahnya sebagai identitas utama bisnisnya. Namun ia juga hati-hati menjaga citra. Ia tak ingin bisnisnya hanya viral sesaat. Ia membangun merek dengan narasi yang kuat. Mulai dari desain logo, nama menu, hingga gaya komunikasi sosial medianya. Semua dirancang mencerminkan nilai kehangatan dan kejujuran. Ia juga sering membuat konten edukatif. Seperti tips masak sehat atau cerita di balik resep.
“Simak juga: Dari Karen Nijsen, Pelajaran tentang Dedikasi pada Pendidikan”
Restoran pertama Melati bernama “Noka Bento”. Nama ini gabungan dari kata Jepang “noka” yang berarti petani dan bento. Menu andalannya adalah nasi ayam wijen karamel. Hidangan ini memadukan rasa manis dan gurih. Ia juga menyajikan ramen vegan yang menjadi favorit pelanggan muda. Tidak hanya soal rasa. Tapi juga tampilan visual sangat diperhatikan. Ia ingin makanan buatannya bisa langsung difoto dan diunggah ke media sosial. Setiap menu punya cerita. Misalnya salad soba yang terinspirasi dari masa ia tinggal di Kyoto.
Memulai bisnis kuliner tentu tidak semudah yang dibayangkan. Meski punya nama besar, Melati harus belajar banyak hal baru. Dari manajemen keuangan, logistik bahan baku, hingga mengatur SDM. Ia juga pernah mengalami kerugian di awal pandemi. Salah satu cabang tokonya terpaksa tutup. Namun ia tidak menyerah. Ia segera mengalihkan fokus ke layanan pesan antar. Ia juga belajar digital marketing secara intensif. Perlahan, bisnisnya kembali stabil dan bahkan bertumbuh lebih besar.
Fans lama Melati menjadi salah satu kunci kesuksesan bisnisnya. Mereka bukan hanya pelanggan setia. Tapi juga penyebar informasi di media sosial. Melati sering mengadakan pertemuan kecil dengan fans di tokonya. Ia menyebut kegiatan itu sebagai “Fan’s Table”. Suasana akrab dan personal membuat pelanggan merasa dihargai. Beberapa fans juga dilibatkan sebagai tester menu baru. Ini menciptakan rasa memiliki yang kuat. Hubungan ini lebih dari sekadar antara selebriti dan penggemar.
Untuk memperluas jangkauan, Melati rutin melakukan kolaborasi. Ia pernah bekerja sama dengan merek teh lokal untuk menciptakan varian minuman eksklusif. Ia juga pernah menggandeng ilustrator untuk membuat kemasan spesial edisi terbatas. Kolaborasi ini tidak hanya meningkatkan penjualan. Tapi juga membuat bisnisnya terlihat dinamis dan segar. Ia mengatakan bahwa kolaborasi adalah cara untuk saling menguatkan antar pelaku usaha. Asalkan ada kesamaan nilai dan tujuan.
Melati tidak melupakan sisi sosial dari bisnisnya. Ia rutin menyumbangkan makanan ke panti asuhan dan dapur umum. Ia juga pernah membuka program pelatihan masak gratis. Tujuannya untuk membantu ibu rumah tangga mendapatkan tambahan penghasilan. Bahkan, beberapa karyawan restorannya adalah lulusan pelatihan tersebut. Ia percaya bahwa makanan bisa menjadi alat pemberdayaan. Bukan hanya untuk dirinya, tapi juga bagi banyak orang. Ini yang membuat usahanya semakin dicintai publik.
Melihat kesuksesan di Jakarta, Melati kini merancang ekspansi ke kota besar lain. Surabaya dan Bandung menjadi target utama. Ia sedang mencari mitra lokal yang sejalan dengan visinya. Namun ia tidak ingin terburu-buru. Ia ingin memastikan kualitas tetap terjaga di setiap cabang. Ia juga merancang konsep baru seperti food truck dan dapur cloud. Semua langkah ini dipersiapkan dengan riset yang matang. Ia belajar dari banyak studi kasus agar tidak mengulangi kesalahan umum pelaku bisnis lain.
Melati tak segan menceritakan kesalahan yang pernah ia buat. Mulai dari salah pilih supplier hingga gagal promosi. Ia menganggap kegagalan sebagai bagian penting dari pertumbuhan. Setiap kali mengalami hambatan, ia menuliskan pelajaran yang didapat. Ia bahkan memiliki buku harian bisnis. Di dalamnya tertulis evaluasi tiap bulan, baik dari sisi keuangan maupun operasional. Ini menjadi alat refleksi yang sangat berguna. Ia juga rutin berkonsultasi dengan mentor bisnis yang lebih senior.
Kini, Melati menjadi inspirasi bagi banyak perempuan muda. Ia membuktikan bahwa karier tidak berhenti setelah panggung. Ia menunjukkan bahwa popularitas bisa diarahkan ke hal produktif. Lewat kerja keras, kreativitas, dan keinginan untuk terus belajar. Ia membangun sesuatu yang bertahan dan berdampak. Banyak mantan artis muda mulai mengikuti jejaknya. Mereka melihat Melati bukan hanya sebagai mantan idol. Tapi juga sebagai sosok pebisnis visioner. Yang berani mengambil langkah berbeda dan membuktikan kemampuannya.