Colorado Action – Pemilu bukan hanya urusan partai dan politisi. Tapi juga soal partisipasi rakyat. Demokrasi tak bisa berjalan tanpa keterlibatan warga. Inilah yang jadi semangat Relawan RIDO. Sebuah gerakan akar rumput yang kini makin aktif. Mereka tak berafiliasi langsung ke partai. Namun, fokus pada pengawasan partisipatif. Baru-baru ini, RIDO meluncurkan inisiatif baru. Yakni pembentukan Satgas Demokrasi. Satgas ini bertujuan menjaga integritas pemilu. Sekaligus mengedukasi masyarakat soal hak politik. Gerakan ini menuai respons positif dari publik. Khususnya kaum muda dan pemilih pemula. Karena mereka merasa dilibatkan secara nyata.
“Baca Juga : Rofiah: Perempuan Desa yang Menginspirasi Layaknya Kartini”
Satgas Demokrasi milik RIDO bukan satuan bersenjata. Tapi kumpulan warga sipil terlatih. Mereka dilatih memahami proses pemilu. Mulai dari tahapan kampanye, pencoblosan, hingga rekapitulasi. Fokus utamanya adalah mengawal proses berjalan jujur dan adil. RIDO menyebutkan bahwa satgas ini bersifat independen. Tidak memihak salah satu calon atau partai manapun. Mereka justru bertindak sebagai pengawas rakyat. Di beberapa daerah, satgas ini bahkan menggelar pelatihan langsung. Mengundang warga untuk belajar soal potensi kecurangan. Sekaligus mengajari cara melaporkan pelanggaran. Satgas ini juga berperan aktif di media sosial. Untuk menangkal hoaks dan disinformasi politik.
RIDO tak lahir dari elite. Tapi dari keresahan masyarakat biasa. Awalnya hanya komunitas kecil yang peduli demokrasi. Kini telah berkembang jadi jaringan nasional. Terdiri dari relawan mahasiswa, guru, buruh, hingga ibu rumah tangga. Mereka bekerja secara sukarela. Tanpa digaji, hanya bermodal idealisme. Setiap daerah punya koordinator lokal. Yang bertugas mengorganisasi kegiatan satgas. RIDO percaya bahwa demokrasi dimulai dari bawah. Dari keterlibatan warga biasa yang sadar haknya. Itulah mengapa mereka gencar turun ke lapangan. Mengadakan diskusi publik, forum warga, hingga simulasi pemilu. Semua demi membangun kesadaran politik sejak dini.
Untuk memperkuat legitimasi, RIDO menjalin kerja sama. Beberapa LSM nasional ikut mendukung program ini. Seperti ICW, Perludem, dan YAPPIKA. Selain itu, mereka juga melibatkan akademisi. Dari berbagai kampus di Indonesia. Para ahli ini membantu menyusun materi edukasi. Serta memberi pelatihan metodologi pengawasan. Kolaborasi ini membuat Satgas Demokrasi lebih kredibel. Karena tidak hanya bergerak secara spontan. Tapi juga berdasar data dan riset ilmiah. Selain itu, kehadiran akademisi memberi warna baru. Mereka menghubungkan teori demokrasi dengan praktik lapangan. RIDO pun tak hanya mengandalkan semangat. Tapi juga strategi yang terukur dan terencana.
RIDO menekankan pentingnya inklusivitas. Mereka ingin semua kelompok terlibat. Termasuk penyandang disabilitas, masyarakat adat, dan minoritas. Beberapa relawan RIDO bahkan berasal dari komunitas marjinal. Hal ini membuat pendekatan mereka lebih relevan. Tidak hanya berbasis kota besar atau kelas menengah. Tapi juga menjangkau desa dan pinggiran kota. RIDO percaya demokrasi yang sehat harus menjangkau semua. Bukan hanya segelintir elite yang bersuara. Lewat satgas ini, mereka membangun jembatan. Agar suara kelompok terpinggirkan tetap terdengar. Pendekatan ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Termasuk dari Bawaslu yang melihatnya sebagai mitra strategis. Meski tak resmi, kontribusi RIDO nyata terasa.