Colorado Action – Gerakan relawan di kawasan Dieng berhasil menginspirasi banyak pihak setelah berhasil (Reboisasi) menanam seribu pohon untuk mengembalikan keasrian hutan yang sempat rusak akibat pembalakan liar dan alih fungsi lahan. Aksi ini menjadi sorotan karena mampu melibatkan berbagai unsur masyarakat, mulai dari warga lokal, pelajar, komunitas pecinta alam hingga dukungan pemerintah daerah. Dengan kolaborasi seperti ini, kesadaran menjaga lingkungan perlahan tumbuh di hati masyarakat. Selain itu, kegiatan ini membawa dampak ekonomi, sosial, dan ekologi yang nyata bagi desa-desa sekitar yang mulai dikenal sebagai destinasi ekowisata baru di Jawa Tengah.
“Baca Juga : Dampak Krisis Pelanggaran HAM dan Masalah Sosial Terhadap Isu Perempuan dan Anak”
Reboisasi yang dilakukan para relawan menjadi wujud nyata kepedulian terhadap alam. Mereka menyiapkan ribuan bibit pohon lokal yang cocok dengan iklim Dieng, seperti damar, pinus, dan cemara. Semua bibit ditanam secara bergantian oleh peserta sambil dibimbing oleh ahli kehutanan yang memastikan teknik penanamannya benar. Oleh karena itu, tingkat keberhasilan hidup pohon cukup tinggi. Selain itu, warga sekitar mendapat pelatihan tambahan tentang cara merawat bibit muda hingga pohon cukup kuat menghadapi cuaca ekstrem.
Keberhasilan program ini tak lepas dari peran aktif warga lokal yang setia memantau pertumbuhan bibit setiap minggu. Mereka membuat jadwal penyiraman, membersihkan gulma, dan memastikan tanah tetap gembur. Dengan cara ini, warga merasa memiliki hasil kerja keras yang mereka lakukan bersama relawan. Bahkan, banyak warga mulai menanam bibit tambahan di pekarangan rumah mereka sendiri untuk mendukung gerakan penghijauan secara mandiri.
“Simak juga: Komunitas Donor Darah Rutin: Nyawa yang Tertolong dari Kebersamaan”
Kegiatan ini berhasil mempersatukan komunitas-komunitas dari berbagai daerah. Peserta yang datang membawa pengalaman unik dari kota masing-masing, lalu saling berbagi pengetahuan tentang cara menjaga hutan yang efektif. Dengan adanya kolaborasi lintas daerah, ide-ide baru muncul dan bisa diterapkan juga di tempat lain. Hal ini menunjukkan bahwa menjaga bumi bukan hanya tugas satu pihak tetapi tanggung jawab semua orang.
Anak-anak dan remaja dilibatkan dalam proses penanaman pohon sambil mendapat edukasi tentang fungsi hutan bagi kehidupan manusia. Mereka diajak mengenali jenis-jenis tanaman lokal, belajar menggali tanah dengan benar, dan memahami dampak positif hutan terhadap udara dan air. Dengan demikian, generasi muda semakin peduli pada lingkungan mereka sendiri. Selain itu, mereka dapat menjadi agen perubahan yang menyebarkan pesan ini kepada teman-teman mereka.
Warga sekitar juga menikmati dampak ekonomi dari kegiatan ini. Permintaan bibit pohon meningkat, usaha kecil seperti warung makan untuk relawan berkembang, dan desa mulai dilirik sebagai destinasi ekowisata. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, pendapatan warga bertambah sambil tetap menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, banyak yang berharap program ini bisa menjadi agenda tahunan.
Hutan yang semakin hijau membuat tanah lebih kuat menahan air hujan sehingga risiko longsor berkurang. Selain itu, kualitas udara juga membaik karena pohon muda menyaring debu dan polusi. Warga yang tinggal di sekitar hutan merasakan langsung udara segar setiap pagi. Dengan begitu, motivasi untuk merawat pohon semakin tinggi.
Aksi bersama ini menunjukkan betapa besar kekuatan gotong royong ketika semua pihak bekerja untuk tujuan yang sama. Kebersamaan dalam kegiatan ini memberi inspirasi bagi daerah lain yang juga menghadapi masalah lingkungan. Banyak pihak berharap kegiatan semacam ini terus berlanjut dengan melibatkan lebih banyak orang dan memperluas area penghijauan.